4 Strategi Sederhana, Perpustakaan Desa Ini Sukses Bersaing dengan Gawai

Admin | Berita | 23 April 2020 | 437

Mengetahui ada sebuah taman baca yang selalu ramai dikunjungi merupakan surprise tersendiri. Hari gini loh, apalagi dengan sasaran anak-anak usia Balita dan sekolah. Yang rerata minat baca buku tergantikan oleh gadget.

Sering saya jumpai pada usia anak, gawai dengan tawaran berbagai game dan aplikasi menarik buat anak telah merampas sebagian besar waktu mereka.

Jangankan mereka yang sudah melek huruf, yang belum mengenal abjadpun gawai bukan barang aneh untuk dipegang. Dalih agar mereka diam ketika pengasuh sedang sibuk menjadi pembenaran memberikan gawai pada mereka.

Golden age yang harusnya dimanfaatkan betul oleh orangtua untuk membentuk karakter kepribadian serta mengasah kecerdasan anak, rusak dengan hadirnya gawai. Tontonannya telah menjadi tuntunan. Juga tuntutan. Ketika si anak tak diberi barang yang dia inginkan maka tangis rengekan menggema, baru berhenti ketika gadget diberikan oleh ibunda.


Mengetahui ada sebuah taman baca yang selalu ramai dikunjungi merupakan surprise tersendiri. Hari gini loh, apalagi dengan sasaran anak-anak usia Balita dan sekolah. Yang rerata minat baca buku tergantikan oleh gadget.

Sering saya jumpai pada usia anak, gawai dengan tawaran berbagai game dan aplikasi menarik buat anak telah merampas sebagian besar waktu mereka.

Jangankan mereka yang sudah melek huruf, yang belum mengenal abjadpun gawai bukan barang aneh untuk dipegang. Dalih agar mereka diam ketika pengasuh sedang sibuk menjadi pembenaran memberikan gawai pada mereka.


Golden age yang harusnya dimanfaatkan betul oleh orangtua untuk membentuk karakter kepribadian serta mengasah kecerdasan anak, rusak dengan hadirnya gawai. Tontonannya telah menjadi tuntunan. Juga tuntutan. Ketika si anak tak diberi barang yang dia inginkan maka tangis rengekan menggema, baru berhenti ketika gadget diberikan oleh ibunda.

Ini ironi atau solusi? Bukankah seharusnya bunda menjadi pendamping tumbuh kembang anak? Mengawasi permainan yang aman untuk anak, juga selektif memilih tontonan untuk anak.

Nah, kalau membiarkan posisinya digantikan oleh gadget, ini cilaka dua belas namanya. Ibu tak lagi diinginkan pelukannya. Malah gawai yang bakal jadi ibu utama. Waduh, anak gawai dong.
Hal itulah yang membuat mata saya cukup terbelalak melihat ada taman baca, sukses didatangi anak-anak. Ada di sebuah desa, Cangkringmalang namanya, kecamatan Beji Kabupaten Pasuruan.

Di desa itu ada perpustakaan desa. Dengan kegiatan membuka diri untuk didatangi pengunjung setiap hari Sabtu dan Minggu. Awal rintisannya, perpustakaan itu mendompleng di acara posyandu.

"Kami keliling selama 2 minggu mengikuti kegiatan posyandu, karena buku-buku kami terbatas. Lalu seiring berjalannya waktu, mulai mempunyai koleksi untuk bacaan anak. Sehingga kami memberanikan diri buka rutin tiap Sabtu dan Minggu. Saat libur kantor desa. Dengan sasaran utama anak-anak."

Alasan utamanya adalah memberi kegiatan positif pada anak. Menumbuhkan minat baca masyarakat terutama pada anak-anak.

Berita Terbaru
Kenali Jati Diri Bangsamu Melalui Arsip dan Buka Cakrawala Berfikirmu Melalui Buku
Admin | Berita | 512
22 September 2020

(Senin, 21 September 2020) Perpustakaan Daerah Kabupaten…


Peduli Hukum Suku Anak Dalam, di Desa Mentawak
Admin | Berita | 775
07 September 2020

(Bangko, 10 Juli 2020) Untuk melaksanakan penyuluhan…


Merencanakan Kerja Sama dengan Kepala SAD Temenggung Sikar, di Desa Mentawak
Admin | Berita | 592
01 September 2020

(Bangko, 8 Juli 2020) Untuk melaksanakan penyuluhan…


Arsip Merangin Lebih Baik
Admin | Berita | 508
28 August 2020

(Bangko, 9 Juli 2020), Dinas Kearsipan dan Perpustakaan…


Koordinasi e-Perpustakaan, Tenaga Teknis dan Pojok Baca Ke Diskominfo Merangin
Admin | Berita | 385
22 July 2020

Bangko – Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan…


4 Strategi Sederhana, Perpustakaan Desa Ini Sukses Bersaing dengan Gawai
Admin | Berita | 437
23 April 2020

Mengetahui ada sebuah taman baca yang selalu ramai…